Selasa, 27 Mei 2014

LAPORAN TANAMAN JAGUNG



I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).




B.     Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman jagung
2.      Untuk mengetahui produktivitas tanaman jagung
3.      Untuk mengetahui pengaruh pupuk Urea pada pertumbuhan dan produksi  tanaman jagung
4.      Untuk mengetahui pengaruh pupuk TSP pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
5.      Untuk mengetahui pengaruh pupuk KCl pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
6.      Untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK  pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung












II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Berdasarkan taksonomi tumbuahan, tanaman jagung dalam kerajaan tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :kingdom plantae (tumbuhan), divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup), kelas  :Monocotyledone (berkeping satu), Ordo: Graminae (rumput-rumputan) Familia :Graminaceae Genus : Zea Species : Zea mays L.
Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti pembuatan pupuk kompos, kayu bakar, turus (lanjaran), bahan kertas dan sayuran (Anonim, 2007) bahan dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin, aseton, gliserol, perekat, tekstil dan asam organik bahan bakar nabati (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008).
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional, khususnya untuk mendukung perekonomian Sumatera Utara, karena merupakan sumber karbohidrat sebagai bahan baku industri pangan, pakan ternak unggas dan ikan.Disamping bijinya, biomassa hijauan jagung juga diperlukan dalam pengembangan ternak sapi (Ditjen Tanaman Pangan, 2006).
Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan ternak mencapai 4,90 juta ton dan bahkan masih mengimpor jagung 1.80 juta ton tahun 2005 dan diprediksi menjadi 6,60 juta ton dan diperkirakan akan mengimpor jagung mencapai 2.20 juta ton tahun 2010, kalau produksi nasional tidak dipacu (Ditjen Tanaman Pangan, 2006., Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2007).
Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan jagung di Indonesia. Selama Pelita VI produktivitas jagung pipilan kering di Sumatera Utara tergolong yaitu 3,7 t/ha/panen dan pada tiga tahun Pelita VI menurun menjadi 3,2 ton/ha/panen (Haloho, Gurning dan Sembiring, 2004) dan sejak tahun 1991-2000 permintaan jagung setiap tahunnya meningkat sebesar 6,4%, sementara peningkatan laju produksi masih dibawah permintaan yaitu 5,6%.
Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 804.850 ton, naik sebesar 122.808 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2006 dan tahun 2008 mengalami kenaikan produksi 198.013 ton atau 18.01% dengan luas lahan 238. 168 hektar atau rata-rata produksi 4.3 ton/ha/panen (Sidabalok, 2008 dan BPS, 2008). hasil kajian perkembangan jagung di Sumatera Utara oleh Haloho dkk (2004) produktivitas jagung tertinggi pernah mencapai 8.0 ton/ha/panen. Dengan demikian terdapat kesenjangan yang cukup besar antara produksi riil dengan produksi potensial.
Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi produksi secara Nasional. Hal ini dimungkinkan ada kaitannya dengan pengunaan varietas, pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung, dan keragaman produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani (Supriono, 2006).
Selanjutnya Haloho dkk(2004) terjadinya fluktuasi produksi jagung di Sumatera Utara disebabkan faktor penggunaan varietas lokal dan penggunaan turunan hibrida yang berpotensi hasil rendah, sehingga peranan varietas unggul komposit atau bersari bebas diharapkan dapat menonjol dalam potensi hasil per satuan luas. Lebih lanjut Suwarno (2008) menyatakan negara berkembang lahan pertanaman jagung masih ditanami varietas bersari bebas sekitar 61%. Hal ini dimungkinkan karena varietas bersari bebas lebih mampu beradaptasi pada kondisi lahan marginal. Manshuri (2007) mengatakan penggunaan varietas bersari bebas merupakan alternatif bagi peningkatan produksi jagung serta mampu mewujudkan keunggulan hasil pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu.
Biasanya keberadaan varietas lokal ditingkat petani dapat bertahan lama dan petani belum mau mengganti varietas lokalnya sebelum yakin dengan varietas Universitas Sumatera Utara baru lebih unggul dan menguntungkan (Anonim, 2007) dan salah satu alternatifnya menggunakan varietas unggul komposit dan harganya jauh lebih murah dari varietas hibrida, sehingga harga benih dapat dijangkau oleh petani.
Varietas lokal Pulut, Srikandi Putih I dan Srikandi Kuning I kemungkinan dapat dikembangkan di sentra-sentra pertanian palawija di Sumatera Utara. Azrai (2004) mengatakan varietas tersebut dapat beradaptasi pada semua lingkungan tumbuh. Varietas jagung komposit Srikandi Kuning I dan Putih I dapat mencapai potensi hasil 8.0 t/ha dan jagung komposit ini diperoleh dari introduksi Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros Sulawesi Selatan (Zubachtirodin, 2007) turunan jagung komposit ini lebih stabil bila ditanam kembali serta dapat diperbanyak dan dikembangkan oleh petani (Arief, 2004).
Oleh karena itu, ketiga varietas tersebut mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai sintesis protein pada ternak monogastrik dan manusia yang kekurangan gizi (Azrai, 2004) karena mengandung asam amino lisin dan triptofan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak manusia (Sinar Tani Online, 2008).
Pada pratikum tanaman jagung ini diberi beberapa perlakuan diantaranya pupuk Urea,NPK,KCl. Pupuk urea memilki kandungan nitrogen yang sangat tinggi sehingga urea merupakan salah satu pemberi nitrogen bagi tanaman sehingga bermanfaat bagi tanaman, daun tanaman menjadi hijau. Hijaunya atau butiran-butiran hijau sangat membantu dalam pembuatan makanan di daun yang sering disebut proses fotosintesis.
Pupuk kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi


III.                   BAHAN DAN METODE
A.    Waktu dan tempat
Pratikum ini dimulai dari bulan 14 september – 16 Desember 2013 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution No. 113 Perhentian Marpoyan Damai Simpang Tiga Pekanbaru Riau.
B.     Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah air yang diambil kran sumur kebun percobaan, pupuk urea, pupuk KCl,NPK, furudan dan tanah top soil dari kebun percobaan, plot ukuran 40 x 40 cm, benih jagung.
Sedangkan peralatan yang digunakan adalah tractor, kamera, garu,  cangkul,pipet, parang, gunting, meteran, garu, gelas ukur, ember, handsprayer, perlengkapan tulis.
C.    Pelaksanaan Praktikum
Penelitian ini bertempat dikebun percobaan universitas islam riau. Namun, sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebih dahulu lokasi dibersihkan dari kemungkinan gulma dan sampah pengganggu dan di buat bedengan-bedengan untuk penanaman benih jagung.
Pengolahan tanah dilakukan pada tanggal 21 September 2013. Setelah lahan bersih dari rerumputan, dilakukan pengolahan lahan. Lahan diolah dengan menggunakan cangkul sedalam 30-40 cm. Setelah diolah dilakukan perapian bedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Yaitu dengan merapikan ukuran panjang dan lebar bedengan dengan menggunakan meteran.
Selanjutnya setelah di bersihkan dan dibuat bedengan dengan ukuran 1,2 x 6 m, setelah dibuat plot tanam di isi dengan pupuk kandang setelah satu minggu maka siap untuk di tanam.  Kegiatan penanaman jagung dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2013. Penanaman jagung dilakukan secara serentak pada sore hari. Penanaman dilakukan dengan  cara tugal dengan kedalaman tugal 5 cm  dengan jumlah 3 benih  per lubang tanam. Dengan jarak tanam 40 × 40 cm. Penanaman jagung ini untuk satu bedengan ditanam dua baris.
Untuk pemberian furadan 3G ini di berikan pada lubang tanam dan bagian tempat hama semut yang ada. Setelah penanaman benih jagung selesai dilakukan penyiraman agar cepat terjadi perkecambahan.
D.    Pemeliharaan.
a.   Pemupukkan
Pemupukan dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2013. Setelah umur 4 minggu dari penanaman dilakukan pemupukkan dengan pupuk NPK. Dosis pemupukan adalah 10 gram / tanaman. Pemupukkan dilakukan secara larikan diantara tanaman jagung. Pemupukan dilakukan sekaligus dengan pembumbunan tanaman jagung.
b.   Penyiraman
Pada minggu pertama, penyiraman di lakukan setiap pagi dan sore karena tanah harus basah dan lembab saat awal pertumbuhannya. Minggu-minggu selanjutnya, penyiraman dilakukan sehari sekali tergantung keadaan tanah. Penyiraman tidak perlu dilakukan saat hari hujan.
c.       Penyiangan
Penyiangan akan dilakukan dengan memperhatikan jumlah populasi gulma, apabila sudah tumbuh gulma maka dilakukan penyiangan gulma. Penyiangan gulma dilakukan pada tiga tempat yaitu yang pertama ditengah bedengan dengan menggunakan cangkul, penyiangan pada tengah bedengan ini sekaligus membumbunkan tanah kepangkal tanaman jagung; tempat yang kedua yaitu pada bagian pinggir bedengan caranya menyiangi gulma dengan menggunakan sabit, penyiangan gulma di bagian tepi bedengan tidak dianjurkan gulma tersiangi seluruhnya, jadi hanya pemangkasan gulma saja. Hal ini dilakukan untuk menghindari erosi tanah disekitar bedengan yang disebabkan oleh air hujan; tempat ketiga yaitu  pada parit dengan menggunakan cangkul. Gulma dibagian parit disiangi seluruhnya agar jika terjadi hujan air lancar dan tidak menggenangi tanaman.
Penyiangan pada tanaman jagung dilakukan selama 8 minggu, karena perlakuan penyiangan sebanyak 3 kali penyiangan. Tujuannya untuk menekan pertumbuhan gulma pada tanaman jagung manis.
d.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap bibit tanaman yang rusak ataupun mati. Penyulaman dilakukan seminggu setelah penanaman benih jagung manis. Pada pratikum Ilmu Gulma ini penyulaman tanaman jagung dilakukan 3 kali yang pertama yaitu Pada tanggal 24 Oktober  2013.Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma. Semut menyerang jagung saat penanaman, pengendalian dilakukan dengan memberikan furadan 3G. Untuk gulma, pengendalian dilakukan secara mekanis yaitu dengan menyiang tanaman menggunakan tangan dan menggunakan cangkul.
e.       Pemanenan
Pemanenan dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2013. Umur panen jagung umumnya 85-100 hari. Jagung siap panen dengan ciri-ciri tongkol atau kelobot yang mulai mengering dan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji sudah kering, keras dan mengkilat yang apabila ditekan dengan kuku tidak membekas.
E.     Parameter Pengamatan
Adapun parameter yang di amati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, munculnya malai dan jumlah populasi jagung, dan jumlah tongkol
IV.                HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari pangkal tumbuh tanaman pada Permukaan tanah yang sudah ditandai dengan menggunakan patok standard sampai pada ujung daun tertinggi. Pengukuran dimulai pada saat tanaman berumur 2 (dua) minggu setelah tanam (MST) sampai muncul bunga jantan, dengan interval waktu pengukuran 1 (satu) minggu sekali.
B.     Jumlah Daun (helai)
Pengamatan atau penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) sampai tanaman mengeluarkan bunga jantan, dengan interval waktu pengamatan 1 (satu)  minggu sekali.
C.    Panjang Tongkol (cm)
Pengukuran panjang tongkol dilakukan setelah panen, yaitu setelah tongkol dipisahkan dari kelobotnya (dikelupas). Pengukuran dilakukan dari pangkal sampai ujung tongkol dengan menggunakan mistar.
D.    Jumlah populasi dan tongkol tanaman jagung.
Pada praktikum fisologi tumbuhan ini terhitung populasi tanaman jagung 107 batang dan 98 tongkol saat di panen. Dari 98 tongkol tersebut ada beberapa yang tongkolnya kecil dan bijinya sedikit.

V.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam budidaya tanaman jagung, varietas benih yang di tanam dan perlakuan akan mempengaruhi produksi tanaman jagung. Termasuk perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman, biji dan jumlah daun yang dihasilkan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu di perhatikan varietas benih yang di tanam dan di berikan pupuk yang berimbang agar tidak terjadi penghambatan dalam pertumbuhan tanaman jagung. Dalam praktikum fisiologi tumbuhan ini saya rasa hasil yang panen yang di peroleh cukup baik meski ada ada beberapaa jagung kerdil dan yang hilang.
B.     Saran
Agar mendapat hasil maksimal, perlu dilakukan perawatan terhadap tanaman jagung secara maksimal. Terutama dalam penyiraman pada saat masa perkecambahan dan awal-awal tumbuhnya pohon jagung. Kemudian, penyiangan lebih intensif serta pengendalian hama ulat yang menyerang daun, batang, dan buah. Agar tanaman tumbuh baik, dan hasil produksi lebih baik


DAFTAR PUSTAKA
Efendi, R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPKZn terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Risalah Penelitian Jagung dan Serelaia Lain. 9:15-22.

Fadhly, A.F., R. Efendi, M. Rauf, dan M. Akil. 2004. Pengaruh cara penyiangan lahan dan pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil jagung pada tanah bertekstur berat. Seminar Mingguan Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, 18 Juni 2004, 14p.

Akil, M., M. Rauf, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, R. Efendi, dan A. Kamaruddin. 2005. Teknologi budidaya jagung untuk pangan dan pakan yang efisien dan berkelanjutan pada lahan marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, p.15-23.